Jumat, 26 Oktober 2012

INVERSI SUKROSA


Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta laju reaksi inversi gula tebu dengan adanya katalis dengan menggunakan polarimeter.

Dasar Teori
Monosakarida yang sering disebut gula sederhana adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer, dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa. Dalam kehidupan sehari–hari sukrosa dikenal sebagai gula pasir. Adapun reaksi hidrolisa glukosa adalah :
1 sukrosa --->  1 glukosa + 1 fruktosa
(Fessenden&Fessenden 2, hal 318)
Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D-fruktosa yang diperoleh dengan hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim yang mengkatalis hidrolisis sukrosa disebut invertase, bersifat spesifik untuk β-D-fruktofuranosida dan terdapat dalam ragi dan lebah. Madu terutama terdiri dari gula inversi karena adanya fruktosa bebas. Nama “gula inversi” diturunkan dari inversi atau pembalikan tanda rotasi jenis bila sukrosa dihidrolisis. Sukrosa mempunyai rotasi jenis +66,5º, suatu rotasi positif. Campuran produk antara glukosa, [α]= +52,7 º dan fruktosa [α]= -92,4° mempunyai rotasi netto negatif.
(Fessenden&Fessenden 2, hal 352)

Sukrosa sendiri bersifat dextrorotary yaitu memutar sudut putar jenis +66,5°. Dalam percobaan ini kita akan menentukan laju reaksi inversi gula tebu atau sukrosa dengan adanya katalis dengan menggunakan polarimeter. Dengan demikian apabila sukrosa semakin habis rotasi akan semakin berubah ke arah kiri. Perbedaan aljabar antara rotasi pada waktu permulaan reaksi (ao) dengan akhir reaksi (a) adalah ukuran dari konsentrasi mula–mula sukrosa. Dengan menganggap bahwa reaksi berjalan sempurna sehingga secara praktis tak ada sukrosa yang tertinggal pada akhir reaksi (t = ∞). Pada setiap saat t, konsentrasi sukrosa yang tersisa adalah c dan dapat dihitung dari selisih antara pembacaan polarimeter akhir (α) dengan pembacaan polarimeter pada saat t, tersebut (αt).

Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya yang tidak terpolarisasi. Yaitu dengan menghilangkan atau memindahkan semua arah getar dan melewatkan salah satu arah getar saja. Ada empat cara untuk melakukan hal itu :
1.Penyerapan selektif
2.Pemantulan
3.Pembiasan ganda
4.Hamburan
               Teknik yang umum dipakai untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid, yang akan meneruskan gelombang-gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi dan menyerap gelombang-gelombang pada arah getar lainnya. Oleh karena itu, teknik ini disebut polarisasi dengan penyerapan selektif. Suatu polaroid ideal akan meneruskan semua medan yang sejajar dengan sumbu polarisasi dan menyerap semua yang tegak lurus dengan sumbu polarisasi. Jadi analisator berfungsi mengurangi intensitas cahaya yang terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan akan mencapai maksimum, jika kedua sumbu polarisasi sejajar dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus.

Prosedur Percobaan
 1.    Melarutkan 20 gram gula tebu dalam air  dan  mengencerkan menjadi 100 ml dengan aquades.
2. Mencampurkan 25 ml larutan gula tersebut dengan 25 ml 1 N monoclor CH3COOH. Menggunakan sebagian kecil dari campuran ini untuk membilas tabung polarimeter.
3. Mengisi tabung polarimeter dengan campuran tersebut dan mengamati polarisasinya. Mencatat waktunya sebagai t0 dan sudut polarisasinya sebagai α0. Meneruskan pengamatan dengan selang waktu 5 menit selama 50 menit.
4.  Mengisi tabung polarimeter dengan campuran 25 ml larutan gula dan 25 ml larutan 2 N HCl. Menutup tabung cepat-cepat dan segera mengamati sudut polarisasinya. Mencatat waktunya sebagai t0 (HCl) dan sudutnya sebagai a0 HCl. Meneruskan pengamatan dengan selang waktu 5 menit untuk selama 120 menit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar