Tujuan
Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta laju reaksi inversi gula
tebu dengan adanya katalis dengan menggunakan polarimeter.
Dasar
Teori
Monosakarida yang sering disebut gula sederhana adalah
satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama
untuk membentuk dimer, trimer, dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer
disebut disakarida. Sukrosa
adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan
satu satuan fruktosa. Dalam kehidupan sehari–hari sukrosa dikenal sebagai gula
pasir. Adapun reaksi hidrolisa glukosa adalah :
1 sukrosa ---> 1 glukosa + 1 fruktosa
(Fessenden&Fessenden
2, hal 318)
Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D-fruktosa
yang diperoleh dengan hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim yang
mengkatalis hidrolisis sukrosa disebut invertase, bersifat spesifik untuk
β-D-fruktofuranosida dan terdapat dalam ragi dan lebah. Madu terutama terdiri
dari gula inversi karena adanya fruktosa bebas. Nama “gula inversi” diturunkan
dari inversi atau pembalikan tanda rotasi jenis bila sukrosa dihidrolisis.
Sukrosa mempunyai rotasi jenis +66,5º, suatu rotasi positif. Campuran produk
antara glukosa, [α]= +52,7 º dan fruktosa [α]= -92,4° mempunyai rotasi netto
negatif.
(Fessenden&Fessenden
2, hal 352)
Sukrosa sendiri bersifat dextrorotary yaitu memutar sudut putar
jenis +66,5°.
Dalam percobaan ini kita akan menentukan laju reaksi inversi gula tebu atau
sukrosa dengan adanya katalis dengan menggunakan polarimeter. Dengan demikian
apabila sukrosa semakin habis rotasi akan semakin berubah ke arah kiri.
Perbedaan aljabar antara rotasi pada waktu permulaan reaksi (ao) dengan akhir reaksi (a∞) adalah ukuran dari konsentrasi
mula–mula sukrosa. Dengan menganggap bahwa reaksi berjalan sempurna sehingga
secara praktis tak ada sukrosa yang tertinggal pada akhir reaksi (t = ∞). Pada
setiap saat t, konsentrasi sukrosa yang tersisa adalah c dan dapat dihitung
dari selisih antara pembacaan polarimeter akhir (α∞) dengan
pembacaan polarimeter pada saat t, tersebut (αt).
Cahaya terpolarisasi dapat
diperoleh dari cahaya yang tidak terpolarisasi. Yaitu dengan menghilangkan atau memindahkan semua arah getar dan
melewatkan salah satu arah getar saja. Ada empat cara untuk melakukan hal itu :
1.Penyerapan selektif
2.Pemantulan
3.Pembiasan ganda
4.Hamburan
Teknik
yang umum dipakai untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan
polaroid, yang akan meneruskan gelombang-gelombang yang arah getarnya sejajar
dengan sumbu polarisasi dan menyerap gelombang-gelombang pada arah getar
lainnya. Oleh karena itu, teknik ini disebut polarisasi dengan penyerapan
selektif. Suatu polaroid ideal akan meneruskan semua medan yang sejajar dengan
sumbu polarisasi dan menyerap semua yang tegak lurus dengan sumbu polarisasi. Jadi analisator berfungsi mengurangi intensitas cahaya
yang terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan akan
mencapai maksimum, jika kedua sumbu polarisasi sejajar dan mencapai minimum
jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus.
Prosedur
Percobaan
1.
Melarutkan 20 gram gula tebu dalam air dan
mengencerkan menjadi 100 ml dengan aquades.
2. Mencampurkan 25 ml larutan gula tersebut dengan 25 ml 1
N monoclor CH3COOH. Menggunakan sebagian kecil dari campuran ini
untuk membilas tabung polarimeter.
3. Mengisi tabung polarimeter dengan campuran tersebut dan
mengamati polarisasinya. Mencatat waktunya sebagai t0 dan sudut
polarisasinya sebagai α0. Meneruskan pengamatan dengan selang waktu
5 menit selama 50 menit.
4. Mengisi tabung polarimeter dengan campuran 25 ml
larutan gula dan 25 ml larutan 2 N HCl. Menutup tabung cepat-cepat dan segera
mengamati sudut polarisasinya. Mencatat waktunya sebagai t0 (HCl)
dan sudutnya sebagai a0 HCl. Meneruskan pengamatan dengan selang
waktu 5 menit untuk selama 120 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar